Terapi radionuklida adalah salah satu terobosan dalam dunia onkologi yang memanfaatkan zat radioaktif untuk menghancurkan sel kanker dari dalam tubuh. Berbeda dengan radiasi eksternal seperti radioterapi konvensional, terapi ini diberikan melalui injeksi atau kapsul yang menyebar secara sistemik, namun secara spesifik menargetkan jaringan yang sakit.
Prinsip Kerja Terapi Radionuklida
Radionuklida bekerja dengan cara mengikatkan diri pada molekul tertentu yang hanya ditemukan pada permukaan sel kanker. Begitu radiofarmaka tersebut terikat, ia akan memancarkan radiasi beta atau alfa secara lokal, merusak DNA sel kanker tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Inilah yang membuat terapi ini lebih presisi dan minim efek samping.
Targeted Therapy dengan Molekul Khusus
Keunggulan utama terapi radionuklida adalah sifatnya yang ‘targeted’, atau terarah. Molekul pembawa seperti somatostatin analog atau PSMA (Prostate-Specific Membrane Antigen) digunakan sebagai “kendaraan” untuk mengantar radionuklida langsung ke sel kanker yang memiliki reseptor tertentu.
Kanker Tiroid: Penerapan Paling Awal
Salah satu contoh sukses terapi ini adalah pada kanker tiroid, di mana iodium radioaktif (I-131) digunakan untuk menghancurkan jaringan tiroid sisa atau metastasis setelah pembedahan. Terapi ini telah digunakan selama puluhan tahun dan menjadi standar dalam penanganan kanker tiroid diferensiasi.
Kanker Neuroendokrin dan Lutetium-177
Pasien dengan kanker neuroendokrin metastatik kini memiliki pilihan terapi yang menjanjikan dengan penggunaan Lutetium-177 DOTATATE. Radiofarmaka ini mengikat reseptor somatostatin yang banyak ditemukan pada sel tumor neuroendokrin, memberikan radiasi internal secara selektif.
Kanker Prostat dan PSMA Therapy
Untuk pasien kanker prostat yang sudah metastatik dan tidak merespons terapi hormonal, terapi radionuklida berbasis PSMA seperti Lu-177 PSMA menjadi harapan baru. Radiasi diarahkan langsung ke sel prostat yang aktif, mengurangi pertumbuhan tumor dan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Minim Invasif, Maksimal Hasil
Dibandingkan dengan operasi atau kemoterapi yang agresif, terapi radionuklida jauh lebih nyaman. Prosedur hanya memerlukan injeksi atau konsumsi kapsul radioaktif, biasanya dilakukan rawat jalan atau dengan rawat inap singkat tergantung jenis zat radioaktif yang digunakan.
Efek Samping yang Terkendali
Meskipun menggunakan radiasi, efek samping terapi radionuklida umumnya ringan dan dapat ditoleransi. Beberapa pasien mungkin mengalami mual, kelelahan, atau penurunan fungsi sumsum tulang yang bersifat sementara. Pemantauan ketat oleh dokter spesialis kedokteran nuklir sangat penting dalam proses ini.
Evaluasi Sebelum Terapi Dimulai
Sebelum menjalani terapi, pasien akan menjalani berbagai evaluasi seperti PET scan, SPECT, tes darah, dan fungsi organ vital. Ini bertujuan memastikan terapi akan efektif dan aman, serta menyesuaikan dosis sesuai kebutuhan dan kondisi tubuh pasien.
Terapi Radionuklida dalam Pendekatan Multidisiplin
Keberhasilan terapi ini tidak lepas dari kolaborasi tim medis yang melibatkan onkolog, dokter spesialis kedokteran nuklir, radiolog, dan apoteker radiofarmaka. Pendekatan multidisiplin memastikan setiap aspek penanganan pasien diperhatikan secara menyeluruh.
Tersedia di Pusat Kesehatan Tertentu
Karena memerlukan fasilitas khusus dan penanganan zat radioaktif, terapi ini hanya tersedia di rumah sakit besar atau pusat kedokteran nuklir. Namun, dengan meningkatnya kesadaran dan perkembangan infrastruktur, akses terhadap terapi ini mulai meluas.
Pemantauan Setelah Terapi
Pasien yang telah menjalani terapi radionuklida tetap perlu kontrol rutin untuk mengevaluasi respons terapi. Pemeriksaan lanjutan seperti pemindaian ulang atau tes darah digunakan untuk menentukan efektivitas terapi dan memutuskan apakah diperlukan sesi terapi tambahan.
Potensi Masa Depan Terapi Radionuklida
Penelitian terus berkembang untuk menemukan target molekuler baru dan kombinasi radionuklida yang lebih efektif. Harapannya, terapi ini bisa digunakan untuk berbagai jenis kanker lainnya seperti kanker pankreas, paru, atau otak yang selama ini sulit diatasi.
Alternatif Aman untuk Pasien Lansia atau Komorbid
Karena minim invasif dan lebih ringan dibandingkan operasi besar, terapi radionuklida menjadi alternatif ideal bagi pasien usia lanjut atau penderita penyakit penyerta yang tidak cocok menjalani operasi atau kemoterapi berat.
Kesimpulan: Harapan Baru dalam Onkologi Modern
Terapi radionuklida membuka babak baru dalam pengobatan kanker. Dengan pendekatan yang minim invasif namun tetap efektif, terapi ini tidak hanya memperpanjang harapan hidup pasien tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka selama menjalani perawatan. Konsultasikan dengan dokter Anda jika terapi ini cocok untuk kondisi Anda.