100 Komponen Obat Berdasarkan Mekanisme Aksi: Cara Mereka Menyembuhkan Tubuh

100 Komponen Obat Berdasarkan Mekanisme Aksi: Cara Mereka Menyembuhkan Tubuh

Obat-obatan bekerja berdasarkan mekanisme aksi yang spesifik untuk mengatasi penyakit atau gejala tertentu. Setiap komponen aktif dalam obat memiliki target biologis di tubuh manusia—mulai dari menghambat enzim, memblokir reseptor, hingga mengganggu replikasi mikroorganisme. Mengetahui bagaimana masing-masing komponen ini bekerja dapat membantu pemahaman kita terhadap proses penyembuhan, serta membuat kita lebih bijak dalam penggunaan obat. Berikut adalah 100 komponen obat berdasarkan mekanisme aksi beserta penjelasan singkatnya:

1. Amoxicillin – Inhibitor sintesis dinding sel bakteri

Menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga menyebabkan kematian sel mikroba.

2. Ciprofloxacin – Inhibitor DNA gyrase

Mengganggu replikasi DNA bakteri, efektif melawan infeksi saluran kemih dan gastrointestinal.

3. Azithromycin – Inhibitor sintesis protein bakteri (subunit 50S)

Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu produksi proteinnya.

4. Doxycycline – Inhibitor sintesis protein bakteri (subunit 30S)

Efektif melawan berbagai bakteri, termasuk yang menyebabkan jerawat dan infeksi saluran pernapasan.

5. Gentamicin – Inhibitor sintesis protein bakteri (aminoglikosida)

Obat injeksi untuk infeksi berat dengan kerja cepat menghentikan produksi protein mikroba.

6. Metronidazole – Perusak struktur DNA bakteri dan protozoa

Bekerja pada anaerob dan protozoa dengan cara merusak DNA mikroorganisme.

7. Clindamycin – Penghambat subunit 50S ribosom bakteri

Menghambat produksi protein bakteri, terutama digunakan pada infeksi kulit dan jaringan lunak.

8. Vancomycin – Inhibitor sintesis dinding sel gram-positif

Digunakan untuk infeksi serius seperti MRSA, menghentikan sintesis dinding sel.

9. Rifampicin – Penghambat RNA polimerase bakteri

Efektif dalam terapi tuberkulosis karena mengganggu transkripsi DNA menjadi RNA.

10. Isoniazid – Inhibitor sintesis asam mycolic

Komponen utama terapi TBC, bekerja pada dinding sel spesifik Mycobacterium.

11. Ethambutol – Inhibitor enzim arabinosil transferase

Menghambat pembentukan dinding sel Mycobacterium tuberculosis, digunakan dalam kombinasi dengan obat anti-TBC lainnya.

12. Pyrazinamide – Mengganggu metabolisme asam lemak Mycobacterium

Mempercepat eliminasi bakteri TBC selama fase awal pengobatan.

13. Oseltamivir – Inhibitor neuraminidase virus influenza

Menghambat pelepasan virus baru dari sel yang terinfeksi, mempercepat pemulihan flu.

14. Acyclovir – Inhibitor DNA polimerase virus herpes

Mengganggu sintesis DNA virus, digunakan untuk herpes simplex dan zoster.

15. Efavirenz – Inhibitor reverse transcriptase non-nukleosida (HIV)

Mencegah konversi RNA HIV menjadi DNA dalam terapi antiretroviral.

16. Zidovudine – Inhibitor reverse transcriptase nukleosida (HIV)

Dimasukkan ke dalam DNA virus, menghentikan proses replikasi HIV.

17. Tenofovir – Analog nukleotida, menghambat reverse transcriptase (HIV)

Membantu menurunkan viral load pada pasien HIV.

18. Ritonavir – Inhibitor protease HIV

Menghambat pemrosesan protein virus menjadi partikel virus aktif.

19. Sofosbuvir – Inhibitor RNA polimerase NS5B virus hepatitis C

Menghambat replikasi RNA virus hepatitis C.

20. Ledipasvir – Inhibitor protein NS5A virus hepatitis C

Mencegah replikasi dan perakitan virus hepatitis C.

21. Ibuprofen – Inhibitor enzim COX-1 dan COX-2

Mengurangi produksi prostaglandin, sehingga mengurangi nyeri, demam, dan peradangan.

22. Aspirin – Inhibitor irreversibel enzim COX-1 dan COX-2

Selain efek antiinflamasi, juga menghambat agregasi trombosit untuk mencegah serangan jantung.

23. Paracetamol – Inhibitor COX di sistem saraf pusat

Mengurangi nyeri dan demam, namun minim efek antiinflamasi.

24. Celecoxib – Inhibitor selektif COX-2

Mengurangi inflamasi dengan risiko yang lebih rendah terhadap gangguan lambung.

25. Prednisone – Agonis reseptor glukokortikoid

Menekan sistem imun dan inflamasi pada berbagai penyakit autoimun.

26. Dexamethasone – Kortikosteroid poten

Mengurangi inflamasi, edema otak, dan reaksi alergi berat.

27. Hydrocortisone – Kortikosteroid dengan efek mineralokortikoid

Mengatur peradangan sekaligus menjaga keseimbangan elektrolit tubuh.

28. Methotrexate – Inhibitor enzim dihidrofolat reduktase

Menghambat sintesis DNA pada sel kanker dan autoimun seperti artritis reumatoid.

29. 5-Fluorouracil – Antimetabolit

Mengganggu sintesis DNA/RNA, digunakan pada kemoterapi kanker.

30. Paclitaxel – Stabilisasi mikrotubulus

Menghambat mitosis sel kanker dengan menstabilkan struktur mikrotubulus.

31. Vincristine – Penghambat pembentukan mikrotubulus

Menghentikan pembelahan sel kanker dengan mengganggu struktur sitoskeleton.

32. Cyclophosphamide – Agen alkilasi DNA

Menyebabkan kerusakan DNA, digunakan untuk kanker dan gangguan imun.

33. Imatinib – Inhibitor tirosin kinase BCR-ABL

Menargetkan mutasi spesifik pada leukemia mieloid kronik.

34. Trastuzumab – Antibodi monoklonal anti-HER2

Menghambat pertumbuhan kanker payudara HER2 positif.

35. Bevacizumab – Antibodi monoklonal anti-VEGF

Menghambat pembentukan pembuluh darah baru pada tumor.

36. Lisinopril – Inhibitor ACE

Menghambat konversi angiotensin I ke II, menurunkan tekanan darah.

37. Losartan – Blokade reseptor angiotensin II (ARB)

Menghambat efek vasokonstriktor angiotensin, efektif untuk hipertensi.

38. Amlodipine – Bloker kanal kalsium L-type

Mengurangi kontraksi otot pembuluh darah, menurunkan tekanan darah.

39. Propranolol – Blokade beta-reseptor non-selektif

Menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, digunakan untuk aritmia.

40. Metoprolol – Blokade beta-1 selektif

Mengurangi beban kerja jantung, baik untuk hipertensi dan gagal jantung.

41. Digoxin – Penghambat Na⁺/K⁺-ATPase

Meningkatkan kontraksi otot jantung dan digunakan dalam gagal jantung serta aritmia.

42. Furosemide – Diuretik loop

Menghambat reabsorpsi natrium di loop Henle, meningkatkan ekskresi urin dan menurunkan tekanan darah.

43. Hydrochlorothiazide – Diuretik thiazide

Menurunkan tekanan darah dengan mengurangi volume cairan dan resistensi vaskular.

44. Spironolactone – Antagonis aldosteron

Menghambat retensi natrium dan air, digunakan untuk hipertensi dan gagal jantung.

45. Atorvastatin – Inhibitor HMG-CoA reduktase

Menurunkan kadar kolesterol LDL dengan menghambat sintesis kolesterol di hati.

46. Ezetimibe – Inhibitor absorpsi kolesterol di usus

Mengurangi kolesterol total dan LDL dengan menghambat transporter usus.

47. Nitroglycerin – Donor nitric oxide

Melebarkan pembuluh darah dan meredakan angina pektoris (nyeri dada akibat jantung).

48. Sildenafil – Inhibitor phosphodiesterase-5 (PDE-5)

Meningkatkan aliran darah ke penis atau paru dengan mempertahankan kadar cGMP.

49. Warfarin – Inhibitor vitamin K epoxide reductase

Menghambat sintesis faktor pembekuan darah, digunakan sebagai antikoagulan oral.

50. Heparin – Aktivator antitrombin III

Mencegah pembentukan bekuan darah dengan menghambat trombin dan faktor Xa.

51. Enoxaparin – Heparin berat molekul rendah

Antikoagulan yang bekerja lebih stabil dan memiliki risiko perdarahan lebih rendah dari heparin konvensional.

52. Rivaroxaban – Inhibitor langsung faktor Xa

Mencegah pembekuan darah secara oral tanpa memerlukan pemantauan INR.

53. Clopidogrel – Inhibitor reseptor ADP trombosit (P2Y12)

Menghambat agregasi trombosit, digunakan pada pasien dengan risiko serangan jantung.

54. Ticagrelor – Antagonis P2Y12 reversibel

Memberikan perlindungan anti-platelet lebih cepat dan kuat dibanding Clopidogrel.

55. Omeprazole – Inhibitor pompa proton (PPI)

Menghambat produksi asam lambung, digunakan untuk gastritis, GERD, dan ulkus peptikum.

56. Ranitidine – Antagonis reseptor histamin-2

Menurunkan produksi asam lambung, meski kini banyak dibatasi karena risiko kontaminasi nitrosamin.

57. Sucralfate – Pembentuk lapisan pelindung mukosa lambung

Menempel pada ulkus lambung, melindunginya dari asam dan mempercepat penyembuhan.

58. Loperamide – Agonis reseptor opioid di usus

Memperlambat motilitas usus, mengatasi diare tanpa menimbulkan efek euforia.

59. Metoclopramide – Antagonis dopamin D2 dan serotonin 5-HT3

Merangsang motilitas lambung dan mengurangi mual serta muntah.

60. Ondansetron – Antagonis selektif 5-HT3

Efektif mengontrol mual dan muntah akibat kemoterapi atau pascaoperasi.

61. Domperidone – Antagonis dopamin perifer

Meningkatkan pergerakan saluran cerna dan mengurangi mual tanpa menembus sawar darah otak.

62. Salbutamol – Agonis beta-2 adrenergik

Melebarkan saluran napas, digunakan dalam asma dan PPOK.

63. Ipratropium – Antagonis muskarinik

Membantu relaksasi bronkus dan digunakan sebagai inhalasi dalam gangguan napas kronis.

64. Theophylline – Inhibitor phosphodiesterase non-selektif

Meningkatkan kadar cAMP, melebarkan bronkus, namun memiliki indeks terapeutik sempit.

65. Montelukast – Antagonis reseptor leukotrien

Mengurangi peradangan dan bronkospasme pada penderita asma.

66. Levocetirizine – Antihistamin generasi kedua

Menghambat efek histamin tanpa menimbulkan kantuk berlebihan.

67. Diphenhydramine – Antihistamin generasi pertama

Mengatasi alergi namun sering menyebabkan kantuk karena menembus otak.

68. Desloratadine – Antihistamin non-sedatif

Digunakan untuk rinitis alergi dan urtikaria kronis.

69. Insulin – Pengganti hormon insulin

Menurunkan kadar glukosa darah dengan memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel.

70. Metformin – Inhibitor produksi glukosa hati

Meningkatkan sensitivitas insulin, obat lini pertama untuk diabetes tipe 2.

71. Glibenclamide – Sulfonilurea penginduksi insulin

Meningkatkan sekresi insulin dari pankreas, digunakan untuk diabetes tipe 2.

72. Pioglitazone – Agonis PPAR-γ

Meningkatkan sensitivitas insulin di otot dan jaringan lemak.

73. Sitagliptin – Inhibitor DPP-4

Memperpanjang efek hormon incretin, meningkatkan sekresi insulin postprandial.

74. Canagliflozin – Inhibitor SGLT2

Meningkatkan ekskresi glukosa melalui urin, menurunkan kadar gula darah.

75. Acarbose – Inhibitor alfa-glukosidase

Memperlambat penyerapan karbohidrat di usus, mengurangi lonjakan glukosa setelah makan.

76. Levothyroxine – Pengganti hormon tiroid T4

Mengatasi hipotiroidisme dengan menstabilkan metabolisme tubuh.

77. Propylthiouracil – Inhibitor sintesis hormon tiroid

Menurunkan kadar hormon tiroid, digunakan dalam hipertiroidisme.

78. Prednisone – Kortikosteroid antiinflamasi

Menekan respons imun dan peradangan, digunakan dalam berbagai penyakit autoimun.

79. Hydrocortisone – Kortisol sintetis

Digunakan sebagai pengganti hormon adrenal dan antiinflamasi.

80. Dexamethasone – Kortikosteroid poten

Digunakan dalam kondisi inflamasi berat, edema otak, dan terapi kemoterapi.

81. Methotrexate – Antimetabolit antifolat

Menghambat sintesis DNA, digunakan untuk kanker dan gangguan autoimun.

82. Cyclophosphamide – Agen alkilasi

Menghambat pembelahan sel kanker dengan memicu kerusakan DNA.

83. Cisplatin – Senyawa platinum antikanker

Menyebabkan kerusakan DNA dan kematian sel kanker.

84. Paclitaxel – Inhibitor mikrotubulus

Menghambat pembelahan sel dengan mengganggu struktur mikrotubulus.

85. Fluorouracil – Antimetabolit

Menghambat sintesis RNA dan DNA dalam sel kanker.

86. Tamoxifen – Antagonis reseptor estrogen

Digunakan dalam terapi kanker payudara sensitif hormon.

87. Anastrozole – Inhibitor aromatase

Mengurangi produksi estrogen pada wanita pascamenopause.

88. Rituximab – Antibodi monoklonal anti-CD20

Menargetkan sel B dalam limfoma dan gangguan autoimun.

89. Trastuzumab – Antibodi monoklonal anti-HER2

Menargetkan kanker payudara HER2 positif secara spesifik.

90. Bevacizumab – Inhibitor VEGF

Menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru pada tumor.

91. Interferon alfa – Imunomodulator antivirus

Digunakan dalam terapi hepatitis dan kanker darah.

92. Interleukin-2 – Stimulan sistem imun

Merangsang aktivitas sel T dalam imunoterapi kanker.

93. Etanercept – Penghambat TNF-α

Mengurangi peradangan pada rheumatoid arthritis dan psoriasis.

94. Adalimumab – Antibodi monoklonal anti-TNF-α

Efektif menekan aktivitas penyakit inflamasi kronis.

95. Mycophenolate mofetil – Inhibitor sintesis guanin

Menekan sistem imun pasca transplantasi organ.

96. Tacrolimus – Inhibitor calcineurin

Menekan aktivitas limfosit T, digunakan untuk mencegah penolakan transplantasi.

97. Cyclosporine – Imunosupresan penghambat IL-2

Menghambat aktivasi limfosit T, digunakan dalam transplantasi dan gangguan autoimun.

98. Lamivudine – Inhibitor reverse transcriptase nukleosida (NRTI)

Digunakan dalam terapi HIV dan hepatitis B.

99. Oseltamivir – Inhibitor neuraminidase

Mencegah pelepasan virus influenza dari sel yang terinfeksi.

100. Remdesivir – Inhibitor RNA polymerase virus

Digunakan dalam pengobatan COVID-19 untuk mempercepat pemulihan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *