Pemeriksaan fibrinogen menjadi salah satu parameter penting dalam evaluasi sistem koagulasi darah. Kesalahan dalam proses pemeriksaan dapat menyebabkan interpretasi hasil yang salah, berdampak pada penanganan pasien. Oleh karena itu, memahami potensi kesalahan dalam prosedur ini sangat penting bagi tenaga medis dan analis laboratorium.
Kesalahan Pra-Analitik yang Paling Umum
Tahapan pra-analitik adalah sumber terbesar kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium, termasuk fibrinogen. Pengambilan sampel yang tidak tepat waktu, pemilihan tabung yang salah, atau pencampuran darah yang kurang homogen dengan antikoagulan bisa memengaruhi hasil akhir secara signifikan.
Penggunaan Antikoagulan yang Tidak Sesuai
Untuk pemeriksaan fibrinogen, sampel harus dikumpulkan dalam tabung sitrat natrium 3,2%. Penggunaan EDTA atau heparin akan menyebabkan koagulasi terganggu dan membuat hasil tidak valid. Kesalahan ini sering terjadi ketika tenaga medis tidak terlatih secara spesifik untuk pengambilan darah koagulasi.
Volume Darah Tidak Sesuai
Sampel dengan rasio plasma terhadap antikoagulan yang salah (terlalu banyak atau sedikit darah dalam tabung sitrat) dapat memengaruhi pengukuran fibrinogen. Biasanya, rasio ideal adalah 9 bagian darah dan 1 bagian sitrat. Ketidaksesuaian ini bisa menurunkan akurasi hasil.
Pemrosesan Sampel Terlambat
Fibrinogen adalah protein yang tidak stabil dalam jangka waktu lama. Jika sampel tidak diproses dalam waktu maksimal 4 jam setelah pengambilan (atau disimpan dengan pendinginan yang sesuai), degradasi protein bisa terjadi, menyebabkan hasil rendah palsu.
Penggunaan Sampel Hemolisis atau Lipemik
Sampel darah yang hemolisis atau lipemik dapat mengganggu deteksi optik pada sebagian besar analyzer. Hemoglobin bebas atau lemak dalam plasma bisa menyebabkan kesalahan pembacaan, yang biasanya tidak terdeteksi tanpa pemeriksaan visual awal.
Kesalahan pada Kalibrasi dan Kontrol Kualitas
Analyzer fibrinogen harus dikalibrasi secara berkala dan dilakukan kontrol kualitas harian. Kegagalan dalam melakukan kalibrasi atau melewatkan kontrol internal bisa menyebabkan hasil tidak konsisten atau bahkan salah total. Ini adalah tanggung jawab penting laboratorium.
Reagen yang Kadaluarsa atau Terkontaminasi
Reagen untuk metode Clauss sangat sensitif terhadap suhu dan waktu simpan. Menggunakan reagen yang sudah melewati masa pakai atau terkontaminasi bisa menyebabkan waktu pembentukan bekuan berubah drastis dan hasil menjadi tidak valid.
Operator Kurang Terlatih
Walaupun banyak analyzer sudah otomatis, proses seperti pemeriksaan visual plasma, pengenceran manual (jika perlu), hingga interpretasi hasil tetap memerlukan keahlian teknis. Operator yang belum terlatih berisiko besar membuat kesalahan prosedural atau interpretasi.
Interpretasi Hasil Tanpa Melihat Klinis
Hasil fibrinogen sebaiknya tidak dilihat secara terpisah. Mengabaikan kondisi klinis pasien atau parameter lain seperti D-dimer, PT/aPTT, dan trombosit bisa menyebabkan misinterpretasi. Misalnya, kadar fibrinogen tinggi pada sepsis bisa menyesatkan bila tidak dilihat dalam konteks inflamasi.
Salah Input Data Identitas Pasien
Kesalahan administratif seperti memasukkan data pasien yang salah atau pertukaran tabung antara pasien bisa berujung pada bencana klinis. Hal ini menunjukkan pentingnya sistem verifikasi identitas dan pelabelan sampel dengan benar.
Tidak Memperhatikan Suhu Ruangan dan Alat
Analyzer fibrinogen memerlukan suhu ruangan stabil dan lingkungan bebas dari getaran. Perubahan suhu mendadak atau posisi alat yang tidak rata dapat mengganggu pembentukan bekuan dalam metode Clauss, menghasilkan hasil tidak akurat.
Tidak Melakukan Duplikasi Pengukuran
Dalam kasus hasil ekstrem (sangat rendah atau sangat tinggi), sering kali tidak dilakukan pemeriksaan ulang untuk verifikasi. Padahal, pengulangan sampel atau duplikasi bisa menghindari kesalahan akibat faktor teknis atau kelainan spesimen.
Mengabaikan Alarm atau Notifikasi Alat
Analyzer canggih biasanya memberi peringatan saat mendeteksi anomali. Sayangnya, peringatan ini kerap diabaikan oleh operator, terutama jika mereka terburu-buru atau kurang paham arti notifikasinya. Hal ini meningkatkan risiko melewatkan kesalahan penting.
Cara Menghindari Kesalahan Secara Umum
Pencegahan kesalahan dalam pemeriksaan fibrinogen mencakup pelatihan SDM, pemantauan SOP secara disiplin, kalibrasi alat, penggunaan reagen berkualitas, dan pengawasan mutu secara berkala. Implementasi checklist laboratorium harian juga dapat sangat membantu.
Penutup: Akurasi untuk Keselamatan Pasien
Kesalahan kecil dalam pemeriksaan fibrinogen bisa berdampak besar terhadap penanganan pasien, terutama dalam kondisi kritis. Oleh karena itu, semua pihak—baik tenaga laboratorium maupun klinisi—perlu bekerja sama memastikan proses pemeriksaan berlangsung presisi dan aman, demi keselamatan pasien dan kualitas layanan kesehatan.